Sabtu, 27 September 2014

KUMPULAN PANTUN



Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Naik layar sama si Egi
Ada halilintar di langit biru
Belajar itu tidak bikin rugi
Orang pintar jarang ditipu

Kalau ada sumur diladang..,
Bolehlah kita menggosok gigi..,
Kalau anda diwarung padang..,
Bolehkah kita ditraktir lagi..

Ada tubuh ada tangan,
Tiada kepala tiada kaki;
Sangat berguna waktu hujan,
Apakah dia yang dimaksudkan ini. (Jas Hujan)

Tuan Puteri belajar menari,
Tari diajar oleh Pak Harun;
Kalau Tuan bijak bestari
Apa yang naik tak pernah turun? (Umur)


Cari lebah bersarang besar
Jangan tersengat racun berbisa
Janji Allah adalah benar
Jangan tertipu kehidupan dunia







Menantunya pula Lela Sari
Semua melihat jatuh berahi
Selagi ugama tidak diingkari
Sebarang perintah wajib dipatuhi

Kelat sekali buah peria
Kelatnya kurang buah dibelah
Taatkan laki beroleh surga
Taat mutlak semata kepada Allah

Budak-budak ramai di pekan
Hari raya membakar petas
Kalau adik pandai kiasan
Apakah buah gugur ke atas?

Tinggi duduk di atas sekali
Bukan bulan bukan matahari
Bila malam ia berseri
Bila siang ia berganti

Pucuk pauh selara pauh
Pucuk terjuntai di atas titi
Adik jauh kekanda jauh
Menaruh rindu di dalam hati

Patah pasak dalam kemudi
Patah diruang bunga kiambang
Kalaulah tidak bertemu lagi
Bulan yang terang sama dipandang

Tumbuh kearah kolam telaga
Telaga mencuci badan yang melekit
Walaupun marah tersenyum juga
Tangan ketam cubitnya sakit



Ke bali bertemu bayu
Sekalian membeli pernak-pernik
Kalau kamu pintar merayu
Rayulah cewe cantik

Jalan-jalan ke pinggir empang
Nemu sendok di pinggir empang
Hati siapa tak bimbang
Saya botak minta dikepang
Ada tuyul ketemuan
Ada juga kuntilanak
Kalau kamu takut begituan
Udah aja jadi anak

Hari minggu sudahlah siang
Setelah siang menuju petang
Ditunggu tunggu gak juga datang
Sekali datang kok nagih utang
Buah mengkudu
dibungkus pelastik
semua juga tahu
kalau aku cantik

burung perkutut
burung kutilang
kamu kentut
nggak bilang bilang
buah pisang buah tomat
disimpan didalam lumbung padi
pantas tercium bau menyengat
rupanya kau belum mandi

Api membakar ujung cerutu
membawa asap bersesak-sesak
Alangkah geli rasa hatiku
Melihat nenek bergincu dan bedak
Gemuruh tabuh bukan kepalang
Diasah lembing berkilat-kilat
Gementar tubuh harimau belang
Nampak kambing pandai bersilat



Limau purut masak di dahan
walau manis tak boleh dimakan
Biar penampilan seperti preman
Yang penting hati beriman
Buah mangga rasanya manis
dibungkus rapat didalam peti
Sayang walau wajah nya artis
tapi gayanya macam hellokitty
   
Memasak ikan di dalam peti
paling enak di campur terasi
gayanya aja kayak selebriti
tapi dompetnya kagak berisi
Ayam bangkok dibawa atun
Tiap pagi dimandiin
Kalau iseng nyok kite bepantun
Ampe pagi ane jabanin

Malam hari memasak gurita
dicampur cabe dan buah berminyak
Memang kamu cantik jelita
Sayang ketawanya kayak kuntilanak
makan belimbing dicampur terasi
bikin kelepon ditambah santan
wajahnya aja kayak artis televisi
tapi kelakuan seperti setan

Paling enak burung gelatik
Di atas awan terbang melayang
Memang banyak wanita cantik
Cuma adik yang abang sayang
siang hari langit berawan
paling enak ke senayan
Adek manis senyum menawan
boleh dong abang kenalan

Naik delman ke malaya
jangan lupa bawa pengukur
siapa yang tidak tertawa
lihat sibotak ingin dicukur
Biduk buluh bermuat tulang,
Anak Siam pulang berbaris,
Duduk mengeluh panglima helang,
Melihat ayam bercengkang keris 

Buah jering dari Jawa,
Naik sigai ke atas atap,
Ikan kering lagi ketawa,
Dengar tupai baca kitab

Pohon manggis di tepi rawa,
Tempat datuk tidur beradu,
Sedang menangis nenek tertawa,
Melihat datuk bermain gundu

Anak dara Datuk Tinggi,
Buat gulai ikan tilan,
Datuk tua tak ada gigi,
Bila makan kunyah telan

Jikalau lengang dalam negeri,
Marilah kita pergi ke kota,
Hairan tercengang kucing berdiri,
Melihat tikus naik kereta

Punggur berdaun di atas kota,
Jarak sejengkal dua jari,
Musang rabun,
helang pun buta,
Baru ayam suka hati
Anak ayam belajar berkokok
Meniru suara ayam jantan
Anak kecil jangan merokok
Kalau merokok pasti penyakitan


Dari Seram ke Pulau Buru
Dalam kota beli papaya
Anak baik menghormati guru
Berbakti jua pada orangtua

Ke kota Medan membeli ulos
Beli ulos penuh bergambar
Anak sekolah jangan membolos
Jika membolos tak jadi pintar

Buah duku dari Palembang
Pulau Bali mashur mangganya
Baca buku janganlah jarang
Sebab buku jendela dunia

Pohon jati kuat kayunya
Pohon nyiur tinggi batangnya
Murid sejati banyak ilmunya
Bekal mengabdi nusa bangsa

Air laut asin rasanya
Kelapa muda manis airnya
Jika ingin hidup bahagia
Sejak muda tekun bekerja

Masuk toko membeli kain
Kain batik buatan Tasik
Jika engkau banyak bermain
Kepada ilmu tidak tertarik

Tanam padi di tengah sawah
Sawah subur selalu basah
Pagi hari pergi sekolah
Sore hari ke madrasah

Tanah tandus penuh batu
Tanah subur selalu gembur
Jika orang banyak berilmu
Sehat makmur sepanjang umur
Tinta hitam untuk menulis
Pensil warna untuk melukis
Ilmu itu tak pernah habis
Turun temurun ke ahli waris

Hujan angin bercampur badai
Hujam reda pergi ke pantai
Di sekolah jangan berkelahi
Kalau berkelahi tak jadi pandai

Anak bambu bernama rebung
Rebung dibeli di pasar pagi
Anak sekolah suka menabung
Semua keperluan bisa dibeli

Tamasya ke kota Bogor
Jangan lupa ke Kebun Raya
Meski kau sudah tersohor
Jangan lupakan ayah bunda

Gajah perang melawan gajah
Seekor pelanduk mati di tengah
Jika kau tiada masuk sekolah
Ayah bunda pastilah resah

Kain tenun dari Sumbawa
Kain batik dari Pekalongan
Jika ingin jadi mahasiswa
Sekolah Dasar jangan diabaikan

Merah warna buah tomat
Membuat sayur terasa nikmat
Beta ingin mencari sahabat
Agar hidup punya manfaat

Tinggi batang pohon jambu
Tumbuh di sisi pohon mangga
Engkau dan aku adalah satu
Bersahabat dalam suka duka

Pohon ceri subur tumbuhnya
Petik buahnya masukkan kantong
Saling memberi saling menerima
Saling bantu tolong menolong

Pergi ke Medan membeli ulos
Singgah di kedai membeli gulai
Jangan ajak aku membolos
Dorong aku jadi anak pandai

Jika ke kota beli kain kaca
Beli pita dua seuntai
Rajin menulis rajin membaca
Itu pertanda anak yang pandaI


Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengah gunung Rajabasa
Ke sana bingung ke situ bingung
Lebih baik ke sekolah saja

Kau mandi aku pun mandi
Kau renang aku pun renang
Jika kawan mampu mandiri
Beta pasti merasa senang
Bulu cenderawasih berkilauan
Burung merak sering menari
Walau kawan anak perantauan
Sidah jadi saudara sendiri



Ikan gabus di rawa-rawa,
Ikan belut nyangkut di jaring,
Perutku sakit menahan tawa,
Gigi palsu loncat ke piring

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama sama

Beras lading sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
dalam daun ada isi

Elok berjalan kota tua,
Kiri kanan berbatang sepat,
Elok berbini orang tua,
Perut kenyang ajaran dapat

Anak ayam turun ke bumi,
Induk ayam naik kelangit,
Anak ayam nyari kelangit,
Induk ayam nyungsep ke bumi

Limau purut di tepi rawa,,
Buah dilanting belum masak,
Sakit perut sebab tertawa,,
Melihat kucing duduk berbedak
Jalan-jalan ke rawa-rawa,
Jika capai duduk di pohon palm,
Geli hati menahan tawa,
Melihat katak memakai helm

Sakit kaki ditikam jeruju,
Jeruju ada didalam paya,
Sakit hati memandang susu,
Susu ada dalam kebaya

Dimana kuang hendak bertelur,
Diatas lata dirongga batu,
Dimana tuan hendak tidur,
Diatas dada dirongga susu

Hati hati menyebrang
Jangan sampai titihan patah
Hati hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Tunggal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?

Disana gunung, disini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati,
Saya bingung kamu pun bingung,
Kenapa ada bunga melati ???!?

Naik kebukit membeli lada,
Lada sebiji dibelah tujuh,
Apanya sakit berbini janda,
Anak tiri boleh disuruh

Pohon kelapa, Pohon durian,,
Pohon Cemara, Pohon Palem,
Pohonnya tinggi-tinggi Bo!

Orang Sasak pergi ke Bali,
Membawa pelita semuanya,
Berbisik pekak dengan tuli,
Tertawa si buta melihatnya

Naik kebukit membeli lada,
Lada sebiji dibelah tujuh,
Apanya sakit berbini janda,




Bila todak melanda Singapura
Habis dikerat dicincang lumat
Bila khianat pada manusia
Dunia akhirat takkan selamat

Habis dikerat dicincang lumat
Patinya diaduk dijadikan obat
Dunia akhirat takkan selamat
Kecuali minta ampun nasuha tobat

Anak jantan anak temenggung
Pergi memburu sampai ke Gombak
Lalu berhenti mengutip petai
Berani buat, berani tanggung
Kalau takut dilambung ombak
Jangan berumah ditepi pantai

Surat ditulis dalam gelap
Salah huruf banyak tak kena
Jagalah diri jangan silap
Jika silap dapat bencana

Kemuning daunnya lampai
Tubuh dijirat paduka tuan
Diatas dunia kaul tak sampai
Didalam surga ada penantian

Tubuh dijirat paduka tuan
Tidak cacat tidak selia
Didalam surga ada penantian
Hanya untuk yang beramal mulia

Sungguhlah besar taman Seri Mahkota
Tempat bermain bidadari Lela Utama
Sungguhlah benar bagi orang yang takwa
Ada tempat yang aman dan bahagia

Kain basurek kain bertulis
Pakaian raja Bugis - Makassar
Di Luh Mahfuz sudah tertulis
Janji sudah tak dapat ditukar

Anak merak anak merbah
Beradu kedua di dalam sarang
Siibu mendodoi
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang
Mengapa dirindui

Cari lebah bersarang besar
Jangan tersengat racun berbisa
Janji Allah adalah benar
Jangan tertipu kehidupan dunia

Harban Dewa anaknya Zanggi
Manis rupanya elok bercahaya
Jika perempuan taatkan laki
Beroleh surga Jannatul Mahwa

Menantunya pula Lela Sari
Semua melihat jatuh berahi
Selagi ugama tidak diingkari
Sebarang perintah wajib dipatuhi

Kelat sekali buah peria
Kelatnya kurang buah dibelah
Taatkan laki beroleh surga
Taat mutlak semata kepada Allah
 
PANTUN BUDI
Payah kami menabur padi
Nenas juga ditanam orang
Payah kami menabur budi
Emas juga dipandang orang

Tinggi bukit gilang-gemilang
Air laut tenang-tenangan
Budi sedikit tidakkan hilang
Itu menjadi kenang-kenangan

Jentayu burung jentayu
Hinggap dibalik pokok mayang
Bunga kembang akan layu
Budi baik bilakan hilang

Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Marilah kita bertanam budi

Ayam jantan siayam jalak
Jaguh Siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari

Jikalau kita bertanam padi
Senanglah makan adik-beradik
Jikalau kita bertanam budi
Orang yang jahat menjadi baik

Baik-baik makan keladi
Keladi itu ada miangnya
Baik-baik termakan budi
Budi itu ada hutangnya

Buah nenas bawa berlayar
Dimakan sebiji di Tanjung Jati
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati



Tenanglah tenang air di laut
Sampan kolek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
Budi yang baik rasa nak junjung

Cindai bercorak penuh berpita
Pakaian anak Panglima Garang
Emas dan perak pengaruh dunia
Budi yang baik dijunjung orang


Jangan suka mencabut padi
Bila dicabut hilang buahnya
Jangan suka menyebut budi
Bila disebut hilang tuahnya

Kalau keladi sudah ditanam
Jangan lagi meminta talas
Kalau budi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas

Singgah ke pulau menggali ubi
Kalau ke beting berdayung juga
Sepuluh kali kita berbudi
Kalau miskin terbuang juga

Sudah lama memakai gelang
Gelang berukir sirama-rama
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama

Mati kayu karena benalu
Patah layu dahannya mati
Mati Melayu karena malu
Kalah Melayu termakan budi

Mencari ikan belida
Terpancing pula si ikan keli
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali





Jauh sungguh pergi mandi
Setapak jalan lewatkan huma
Berat sungguh menanggung budi
Seribu tahun takkan lupa

Ragi pulut dalam kati
Tapai manis dalam kuali
Selagi hidup dalam pekerti
Sampailah mati dalam budi

Pisang emas dibawa belayar
masak sebiji di atas peti
lalu diambil untuk dimakan
Hutang emas boleh dibayar
hutang budi dibawa mati
budi tuan tuhan balaskan

Kain prai baju prai
Pakaian anak raja Yamtuan
Badan berkecai tulang bercerai
Barulah lupa budimu tuan


PANTUN DARI FILEM-FILEM MELAYU KLASIK
Kajang Pak Malau kajang berlipat
Kajang saya mengkuang layu
Dagang Pak Malau dagang bertempat
Dagang saya musafir lalu

Tuai padi antara masak
Esok jangan layu layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Perahu bertutup dengan daun
Penuh sara berisi lokan
Kalau hidup seratus tahun
Sepanjang hayat aku nantikan

Kedondong batang sumpitan
Batang padi aku lurutkan
Tujuh gunung sembilan lautan
Kalau tak mati aku turutkan



PANTUN PERIBAHASA
Kayu keras si kayu kampas
Alas tempat orang berjudi
Ada beras kerja pun deras
Ada padi kerja pun menjadi

Tinggi sungguh Gunung Daik
Mercunya nampak terang berkelium
Kalau asal benih yang baik
Jatuh ke laut menjadi pulau

Kayu bakar dibuat arang
Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri

Pergi ke rumah Cik Mariam
Ramai orang tengah berjaga
Carik-carik si bulu ayam
Lama-lama bercantum juga

Kalau ada duit sekupang
Boleh beli cuka mentahun
Habis padi burung terbang
Bagai ulat tak kenangkan daun

Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian

Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul

Harapkan untung menggamit
Kain dibadan didedahkan
Harapkan guruh dilangit
Air tempayan dicurahkan

Pohon pepaya didalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan

Air pasang menanam bayam
Buyung diisi di dalam loyang
Jangan diambil resmi ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung

Anak buaya pergi bertenung
Singgah ke lubuk memakan bangkai
Hendak hati memeluk gunung
Gunung dipeluk tangan tak sampai

Anak dara mengandam dahi
Rambut ditanam di tepi telaga
Anjing biasa makan tahi
Kalau tak makan cium juga

Anak haruan mudik berenam
Lumba-lumba menyusul tebing
Sama mencecah si hati kuman
Susah senang sama membimbing


Ayam kinantan terbang mengekas,
hinggap di ranting bilang-bilang,
Melihat bunda pulang lekas,
hatiku besar bukan kepalang.

Berangan besar di dalam padi,
rumpun buluh dibuat pagar.
Jangan syak di dalam hati,
maklum pantun saya belajar.

Beringin di tepi kolam
buaya besarang di bawahnya
hati ingin hendak belajar
orang tua sayang melepaskannya

Cempedak diluar pagar,
tarik galah tolong jolokkan.
Saya budak baru belajar,
kalau salah tolong tunjukkan

Dimana pada takkan luluh,
padi basah tidak ditampi.
Di mana hati takkan rusuh,
bunda hilang bada berbini.

Elang berkulit tengah hari,
Cenderawasih mengirai kapak.
Alangkah sakitnya berbapa tiri,
awak menangis disangkanya gelak.

Elok rupanya kumbang janti,
dibawa itik pulang petang.
Tidak berkata besar hati,
melihat ibu sudah datang.

Hiu beli belanak beli
udang di manggung beli pula.
Adik benci kakak pun benci,
orang di kampung benci pula.

Jawi hitam tidak bertanduk
memakan rumput di atas munggu.
Lihatlah ayam tak berinduk,
demikian hidip anak piatu.

kayu jati bertimbal jalan.
turun angin patahlah dahan.
ibu mati bapa berjalan,
kemana untuk diserahaka.

kayu rusak ambil petanak,
masuklah pauh diperam serang.
baju tidak celana tidak
kakak jauh di rantau orang.

Lurus jalan ke payakumbuh
kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati takkan rusuh
ibu mati bapa berjalan

Manis sungguh tebu seberang,
dari akar sampai ke pucuk,
Manis sungguh mulut orang,
kita menangis jadi terpujuk

merpati terbang ke jalan,
ikan belanak makan karang.
Bunda mati,bapak berjalan,
melarat anak tinggal seorang

Orang bandung memintal kapas,
anak cina berkancing tulang.
Ayah kandung pulanglah lekas,
anak anda rindu bukan kepalang.

Orang padang pergi ke pauh
sampai di Pauh membeli lokan.
Bunda kandung berjalan jauh,
tergemang anak tertinggalkan.

Padi pulut di dalam bendang
banyak rumput dari jerami.
Mulut kita disuapi pisang,
ekor dikait dengan duri.

pecah canggkit,cawan pinggan,
emas derai dalam geleta.
Sejak anak bunda tinggalkan,
gila berurai air mata.

Ramai orang berorak-sorak,
menepuk gendang dengan rebana.
Alang besarnya hati awak,
mendapat baju dengan celana.

Rumpun buluh dibuat pagar,
cempedak dikerat-kerati.
Maklumlah pantun saya belajar,
saya budak belum mengerti.

Sayang pisang tiada berjantung,
bunga keluar dari kelopak.
Penat sangat ibu mendukung,
adik tak juga mau gelak.

Selem pada berlari-lari
mengejar musang dengan kera.
Daripada tinggal dengan bunda tiri,
baiklah hidup sebatang kara.

Tanamlah banyam sambil duduk
lihatlah ayam bertinduk.
Tanam di dekat pinggir paya,
begitu macam untung saya.

Tengah rembang panas teduh,
peluh di badan habis bertitik.
Ayuhai saudara jangan bergaduh,
lihadah bunda sudah berbalik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar