Negara Islam Irak dan Syam
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Negara Islam Irak dan Syam
الدولة الاسلامية في العراق والشام
|
||
Kekhilafahan Islam
|
||
-
|
||
-
|
Diproklamasikan
|
|
-
|
Pengakuan
|
Tidak ada
|
Negara Islam Irak dan Syam (ISIS /ˈaɪsɪs/) (Bahasa Arab:الدولة الاسلامية في العراق والشام al-Dawlah al-Islāmīyah fī al-ʻIrāq wa-al-Shām) juga dikenal
sebagai Negara Islam[2][3][4] (bahasa Inggris: Islamic State (IS) bahasa Arab: الدولة الإسلامية ad-Dawlah al-ʾIslāmiyyah), dan Negara
Islam Irak dan Levant (bahasa Inggris: Islamic
State of Iraq and the Levant (ISIL)) adalah sebuah negara dan
kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah.
Kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai
kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti
Dewan Syura Mujahidin[5]
dan Al-Qaeda di Irak (AQI)[6],
termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar
Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku Irak yang
mengaku Sunni.
ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir
yang keras pada Islam dan
kekerasan brutal[7][8] seperti bom bunuh diri,[9]
dan menjarah bank.[10]
Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah[11] dan Kristen[12]. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang
mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini
merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun
terakhir.[13]
Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari
30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.[14]
Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar
al-Baghdadi.[15]
Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al
Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah
di Suriah.
ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda
hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional
dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah
dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah
lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi.[16]
Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma.[17]
Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam
untuk tunduk kepadanya.[18]
Ideologi dan kepercayaan
ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi
garis keras Al-Qaidah
dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad.[19] Seperti al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul
dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam pertama di
dunia pada tahun 1920-an di Mesir.[20]
ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan
kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya
sebagai kafir dan
murtad.
Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi
yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam.[19]
Ideologi ISIS berasal dari cabang Islam modern yang
bertujuan untuk kembali ke masa-masa awal Islam, menolak "inovasi"
dalam agama yang mereka percaya telah "korup" dari semangat aslinya.
Mengutuk kekhalifahan terakhir dan kekaisaran Ottoman karena menyimpang dari
apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah berusaha untuk
membangun kekhalifahan sendiri.[21]
Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid Hamid,
misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor
dan Abu Basir al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang terkait tidak
mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij
bidah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam.[22][23][24][25]
Salafi seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah
dapat melakukan kepemimpinan jihad, dan bahwa prioritas pertama atas
pertempuran di daerah lain, seperti berperang melawan negara-negara non-Muslim,
adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam. Misalnya, ketika memandang konflik
Israel-Palestina,
karena ISIS menganggap kelompok Sunni Palestina Hamas sebagai
murtad yang tidak memiliki kewenangan yang sah untuk memimpin jihad, mereka
anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama sebelum menuju konfrontasi dengan
Israel.[26]
Sejarah Negara Islam Iraq dan Syam
ISIS sebelumnya adalah bagian dari Al-Qaidah.[27]
Dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ISIS sempat menyatakan diri
bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai
satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah.
Namun karena metode ISIS/ISIL dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran
telah berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang
sektarian di Irak dan Suriah, ISIS dianggap tidak lagi sejalan dengan Al-Qaidah.[28] Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan serangan perlawanan
terhadap ISIS/ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal, wilayah timur
Suriah yang berbatasan dengan Irak.[29]
Namun karena kebrutalan dan ambisi dari ISIS yang tidak segan melakukan
penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para penentangnya, ISIS bisa menguasai
sebagian besar wilayah Irak. Bahkan dibawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi
ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dan juga
menyatakan Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia.[30]
Pada 15 Mei 2010 diangkatlah pemimpin baru yaitu Abu
Bakar Al-Baghdadi untuk menggantikan Abu Umar Al Baghdadi yang telah meninggal.
Seiring dengan Revolusi di Jazirah Arab yang dikenal dengan Musim Semi Arab
dalam menumbangkan para diktator seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan
Mesir, maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya saja demonstrasi rakyat di
Suriah disambut dengan kekerasan dari Tentara Presiden Bashar Assad.
Akibatnya Rakyat Suriah melakukan perlawaan dalam kelompok-kelompok bersenjata.
Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para pejuang dari luar negeri termasuk dari
Negara Islam Irak. Dan ketika kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini
akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan
Irak maka menyatulah beberapa kota di Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara
Islam Irak.
ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah
karena mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan
perang terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya
negara Islam.[31]
Mereka menjadi kekuatan politik baru yang siap melancarkan serangan yang jauh
lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi yang mulanya
mempunyai misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah menjadi
tragedi. ISIS menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan
sengit terhadap rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi
terbentuknya negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk
menindas kaum minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma
negara Islam.[32]
ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang
diduduki dengan cara-cara kekerasan.
Tujuan
Dari awal sampai pada pembentukan negara Islam
murni telah menjadi salah satu tujuan utama dari ISIS.[33]
Menurut wartawan Sarah Birke, salah satu "perbedaan yang signifikan"
antara Front Al-Nusra dan ISIS adalah bahwa ISIS
"cenderung lebih fokus pada membangun pemerintahan sendiri di wilayah yang
ditaklukkan". Sementara kedua kelompok berbagi ambisi untuk membangun
sebuah negara Islam, ISIS dengan "jauh lebih kejam ... melakukan serangan
sektarian dan memaksakan hukum syariah secara segera".[34]
ISIS akhirnya mencapai tujuannya pada tanggal 29 Juni 2014, ketika itu dihapus
"Irak dan Levant" dari namanya, dengan mulai menyebut dirinya sebagai
Negara Islam, dan menyatakan wilayah okupasi di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan
baru.
Pada tanggal 4 Juli 2014, Persatuan Ulama
Muslim Se-Dunia (IUMS), yang dipimpin
oleh Syaikh Yusuf Qaradhawi,
mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah yang dilakukan ISIS untuk
wilayah di Irak dan Suriah tidak sah secara syariah Islam.[35]
Pada pertengahan 2014, kelompok ini merilis sebuah video
berjudul "The End of Sykes-Picot" berbahasa Inggris kebangsaan Chili
bernama Abu Safiya. Video ini mengumumkan niatan kelompok ini untuk
menghilangkan semua perbatasan modern antara negara-negara Islam Timur Tengah,
khususnya mengacu pada perbatasan yang ditetapkan oleh Perjanjian Sykes-Picot
selama Perang Dunia I.[36][37]
Pusat Manajemen Pelayanan Publik
Negara Islam Irak dan Syam mendirikan satu lembaga pusat
khusus yang membawahi berbagai aktivitas Negara terkait pelayanan publik.
Departemen itu bernama “Al Idaaroh Al Islaamiyyah lil Khidmati al ‘Aammah” atau
↵yang berarti “Administrasi Islami Untuk
Pelayanan Publik”, dengan dikepalai oleh seorang Direktur bernama Abu Jihad asy
Syami. Kantor Al Idaaroh Al Islamiyyah menyediakan semua layanan kebutuhan
dasar bagi warga dan kebutuhan umum lain seperti air, listrik , tepung
(sembako), perawatan fasilitas umum, kebersihan lingkungan jalur komunikasi,
sampai transportasi umum.Dalam penyediaan listrik dan saluran komunikasi, Al
Idarooh Al Islamiyyah merilis daftar tarif ↵listrik hingga batas maksimal serta tarif internet dengan harga murah.Al
Idarooh Al Islamiyyah sudah bekerja di hampir seluruh penjuru negeri, terutama
Suriah Utara yang menjadi basis terkuat Negara Islam Irak dan Syam.
Wilayah yang diklaim
Pada tanggal 13 Oktober 2006, kelompok ini mengumumkan
pembentukan Negara Islam Irak, yang mengklaim otoritas atas kegubernuran Irak
di Baghdad, Anbar, Diyala, Kirkuk, Salah al-Din, Ninawa, dan bagian dari Babil.[38] Setelah 2013 ekspansi kelompok ke Suriah dan pengumuman Negara Islam Irak
dan Levant, jumlah wilâyah-provinsi-yang diakui meningkat menjadi 16. Selain
tujuh wilâyah Irak, divisi Suriah, sebagian besar berbaring sepanjang batas
provinsi yang ada, yaitu Al Barakah, Al Kheir, Al Raqqah, Al Badiya, Halab,
Idlib, Hama, Damaskus dan Latakia.[39]
Di Suriah, kursi kekuasaan ISIS berada di Kegubernuran
Ar-Raqqah. Pemimpin utama ISIS, termasuk Abu Bakr al-Baghdadi, diketahui telah
mengunjungi ibukota provinsi tersebut, Raqqah.[39]
Propaganda dan media sosial
Kelompok ini juga dikenal untuk penggunaan efektif
propaganda.[40]
Pada bulan November 2006, tak lama setelah pembentukan Negara Islam Irak,
kelompok mendirikan Institut Produksi Media al-Furqan, yang memproduksi CD,
DVD, poster, pamflet, dan produk propaganda-web terkait.[41]
Outlet utama Media ISIS ini adalah I'tisaam Media Foundation,[42]
yang dibentuk Maret 2013 dan mendistribusikan melalui Global Islamic Media
Front (GIMF).[43] Pada tahun 2014, ISIS mendirikan Al Hayat Media Center, yang menargetkan
audiens Barat dan menghasilkan materi dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia dan
Perancis.[44][45] Pada tahun 2014 juga meluncurkan Ajnad Media Foundation, yang melantunkan nasyid
jihad.[46]
Penggunaan media sosial oleh ISIS telah dijelaskan oleh
seorang pakar sebagai "mungkin lebih mutakhir dari [bahwa] sebagian besar
perusahaan AS".[47][48] Secara teratur mengambil keuntungan dari media sosial, khususnya
Twitter
, untuk menyebarkan pesan melalui penyelenggaraan
kampanye lewat hashtag, mendorong Tweets pada hashtags populer, dan
memanfaatkan aplikasi perangkat lunak yang memungkinkan propaganda ISIS untuk
didistribusikan ke akun pendukungnya.[49]
Komentar lain adalah bahwa "ISIS lebih menekankan pada media sosial
daripada kelompok-kelompok jihad lainnya. ... Mereka memiliki kehadiran di
media sosial yang sangat terkoordinasi."[50]
Meskipun media sosial ISIS di Twitter secara teratur ditutup, mereka sering
membuat kembali, mempertahankan kehadirannya di online yang kuat. Kelompok ini
telah berusaha untuk merambah ke cabang situs media sosial alternatif, seperti
Quitter, Friendica dan Diaspora; Quitter dan Friendica, bagaimanapun, segera
menghapus kehadiran ISIS dari situs mereka.[51]
Keuangan
Sebuah studi dari 200 dokumen -surat pribadi, laporan
pengeluaran dan daftar nama- diambil dari keanggotaan Al-Qaeda di Irak dan
Negara Islam Irak yang dilakukan oleh RAND Corporation
pada tahun 2014. Ditemukan bahwa dari tahun 2005 sampai 2010, sumbangan dari
luar hanya sebesar 5% dari anggaran operasional kelompok, dengan sisanya
dibesarkan di Irak. Dalam periode waktu yang diteliti, pos-pos yang diperlukan
untuk mengirim hingga 20% adalah pendapatan hasil dari penculikan, pemerasan
dan kegiatan lainnya ke tingkat berikutnya dari pemimpin kelompok itu. Komandan
tingkat tertinggi kemudian akan mendistribusikan dana untuk pos-pos provinsi
atau lokal yang sedang dalam kesulitan atau membutuhkan uang untuk melakukan
serangan. Catatan menunjukkan bahwa Negara Islam Irak tergantung pada uang
tunai anggota dari Mosul, yang kepemimpinan digunakan untuk menyediakan dana
tambahan untuk berjuang secara militan di Diyala, Salahuddin dan Baghdad. [52]
Pada pertengahan 2014, intelijen Irak mengorek informasi
dari operasi ISIS yang mengungkapkan bahwa organisasi memiliki aset senilai US
$ 2 miliar,[53]
menjadikannya kelompok jihad terkaya di dunia.[54]
Sekitar tiga perempat dari jumlah ini dikatakan diwakili oleh aset yang disita
setelah kelompok mengambil Mosul pada bulan Juni 2014, termasuk mungkin US
$ 429.000.000 dijarah dari bank sentral Mosul, serta jutaan tambahan dan
sejumlah besar emas batangan yang dicuri dari bank lain di Mosul.[55][56]
ISIS secara rutin melakukan pemerasan, dengan menuntut
uang dari sopir truk dan mengancam akan meledakkan bisnis, misalnya. Merampok
bank dan toko emas telah menjadi sumber pendapatan lain.[57]
Kelompok ini secara luas dilaporkan telah menerima dana dari pendonor swasta di
negara-negara Teluk,[58]
baik Iran dan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki
menuduh Arab Saudi dan Qatar telah mendanai ISIS,[59][60][61][62] meskipun tidak dilaporkan ada bukti bahwa hal ini terjadi.[62][63][64][65]
Kelompok ini juga diyakini menerima dana yang cukup besar
dari operasinya di Timur Suriah, di mana ia telah mengkomandoi ladang minyak
dan terlibat dalam menyelundupkan bahan baku dan artefak arkeologi.[66][67] ISIS juga menghasilkan pendapatan dari produksi minyak mentah dan menjual
tenaga listrik di Suriah utara. Beberapa listrik ini kabarnya dijual kembali
kepada pemerintah Suriah.[68]
Peralatan
ISIS telah menggunakan rudal Stinger ke udara,[69]
M198 howitzer,[70]
senjata DShK yang dipasang pada truk, senjata anti-pesawat,[71][72] tembak dorong otomatis dan setidaknya satu rudal Scud.[73]
Ketika ISIS menaklukan Mosul pada bulan Juni 2014, mereka
menyita sejumlah helikopter Blackhawk UH-60 dan pesawat kargo yang ditempatkan
di sana.[74][75] Namun, menurut Peter Beaumont dari The Guardian, tampaknya tidak mungkin bahwa ISIS akan mampu menempatkan mereka.[76]
ISIS menangkap bahan nuklir dari Mosul University pada
Juli 2014. Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon,
duta PBB Irak, Mohamed Ali Alhakim mengatakan bahwa bahan-bahan tersebut telah
disimpan di universitas dan "dapat digunakan dalam pembuatan senjata
kenacuran massal". Ahli nuklir menganggap sebagai ancaman signifikan. Juru
bicara Badan Tenaga Atom Internasional Gill Tudor mengatakan bahwa bahan-bahan
yang disita adalah "kelas rendah dan tidak akan menyajikan keselamatan,
keamanan yang signifikan atau resiko proliferasi bagi nuklir".[77][78]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar